Sunday 22 January 2017

Selingan : Tama

Wagahai wa Tama de aru, nama yang diberikan oleh Goshujin-sama.

{TLN: Wagahai wa Tama de aru = Watashi wa Tama desu = Aku adalah Tama.}

Tama punya keluarga nyan.
Tuan yang sangat kuat dan baik, dan Pochi yang seperti adik dan Liza yang seperti ibu. Dan juga Arisa yang bandel dan Lulu yang penurut. Semuanya bukan manusia kucing, tapi mereka semua keluarga yang penting nyan.

Arisa bilang kalau aku menggunakan, “Nyan”, goshujin-sama akan senang, tapi itu bohong. Jauh dari senang, dia malah khawatir.

“Okee~ Ayo berangkat~. Semua, ikuti aku~.”

Arisa memimpin jalan sambil berlari. Hari ini adalah hari berbelanja.
Baju baru! Berkibar dan halus, baju lucu tanpa bau aneh.

“Kalau Pochi pakai baju ini maka Tama akan keren dengan model yang tajam ini mungkin?”
“Pita ini lebih bagus~?”

Bukan yang disarankan Arisa, tapi yang matching dengan Pochi dengan pita kecil tertempel itu yang aku mau.

“Ara? Ga nyangka, kamu suka yang lucu juga huh~.”

Aku tidak tahu bagaimana menggunakan uang, jadi Arisa yang membelinya.

Setelah belanjanya selesai, kami makan banyak dan lebih banyak lagi daging dengan uang sisanya. Aku sangat bahagia.
Kami melewati sebuah taman, aku melihat tempat dengan banyak sinar matahari yang enak untuk tidur siang, lalu aku melihat goshujin-sama di sana.

“Goshujin-sama~?”

Aku berlari padanya untuk bicara, dia terlihat seperti kesakitan.
Pochi yang lari bersamaku terlihat khawatir juga.

“Perut sakit~?”
“Tidak apa, aku mungkin kelelahan sih.”

Goshujin-sama bilang begitu sambil mengelus kepalaku. Aku mau dielus lagi, aku menggosokkan kepalaku pada tangan goshujin-sama.





Ke luar! Aku akan pergi ke luar kota untuk pertama kalinya.
Arisa bertanya, “Bukannya kamu hidup di luar kota saat kamu kecil?”, tapi aku hanya ingat dinginnya musim dingin dan kehangatan bulu seseorang.
Walaupun aku masih ingat betul saat aku bertemu Pochi, aku tidak terlalu ingat kejadian masa lalu.

Pochi tidak bisa bicara saat itu dan hanya mengerang dengan, “Gururu~”, tapi aku bekerja keras untuk mengajari dia kata-kata. Karena aku onee-channya.

Keretanya bergoyang ke sini dan ke sana, ini menyenangkan. Karena Arisa dan Lulu bilang kalau pantat mereka sakit, aku bertanya, “Kamu tidak apa~?”. Arisa berteriak balik, “Tidak ada yang mustahil dengan kecerdasan manusia!”, tapi aku tidak begitu mengerti maksudnya. Kata-kata Arisa menyenangkan, tapi aku selalu tidak mengerti. Dia anak yang aneh.

Arisa mengajariku banyak hal, [Janken], [Guppa], [Kenken], [Bermain Kartu], [Anisong], banyak, banyak sekali hal.
Nanti, kalau aku menangkap mangsa, aku akan berikan pada Arisa.

Pemandangannya mengalir sambil aku duduk di sebelah goshujin-sama, ini menyenangkan. Pochi juga duduk di sebelah goshujin-sama di sisi lainnya.

“Nya!”

Barusan, seekor mangsa di semak-semak itu!
Aku mencoba melompat, tapi Liza memegang bajuku jadi aku tidak bisa limpat. Sayang sekali.

Keretanya bergoyang-goyang dan Arisa protes. Walaupun kereta itu untuk menggoyangkan barang, Arisa benar-benar aneh.
Pochi membalas Arisa yang menaiki kepalanya. Uu~ aku mau ikutan juga. Tapi, aku onee-chan jadi aku akan bertahan. Uu~, bertahan... mustahil nyan♪

Aku bermain dengan Pochi dan Arisa sampai Liza menghentikan kami.





Uu~, aku melihat banyak mangsa.
Tapi, sampai goshujin-sama menyuruhku, bertahan, bertahan.

“Prajurit Pochi! Prajurit Tama!”
“Ay!”
“Iya nanodesu!”

Aku menggunakan Pose yang diajari Arisa kemarin, “Swoosh!”, dan menjawab goshujin-sama.

“Aku akan berikan kalian berdua sebuah misi! Periksa keamanan di sekitar perimeter bebatuan!”
“Ay!””Desu!”

Aku kejar seekor kelinci yang sudah aku awasi sejak tadi bersama Pochi.

Kelincinya melompat-lompat dengan suara seperti, “pyon pyon”.
Pochi dan aku berlari bersama.

Kelincinya lebih lambat dari monster nyan.

Aku melompat.

Pyon pyon.

Nyau, dia lari.

Pyo~n.

Pochi melompat ke atasnya.

Si kelinci memutar badannya dan lewat di bawah Pochi.

Aku tidak akan membiarkanmu lari!

Tou!

Tapi kelincinya masuh ke dalam lubang yang tersembunyi oleh bayangan rerumputan.
Uu~, kalau aku pergi ke sana, baju yang diberikan goshujin-sama akan kotor.

Tapi, Pochi melompat ke lubang tanpa ragu.
Karena aku si onee-chan, aku akan beri kelinci ini pada Pochi.

Aku tangkap seekor ular berkeliaran di bawah batu. Itu seekor ular tanpa racun dan lezat.
Tapi, dia agak kecil. Aku cari mangsa berikutnya sambil menggerakkan ekorku, dan bertemu Arisa yang sedang mencari kayu bakar.

“Arisa~?”
“Ara, Tama. Hmm? Apa yang kamu pegang?”
“Ular~”

Benar, akan aku beri ke Arisa.
Agak kecil, tapi cukup untuk cemilan.

“Untuk kamu~?”
“Wa, tidak, jangan ke sini.”
“Tidak beracun~?”

Walaupun ini bukan ular dengan racun, jadi tidak apa.
Sekarang, Arisa, silahkan ambil dan kunyah dari kepalanya tanpa sungkan.

“Wa, lempar itu jauh-jauh.”
“Pow~?”
“Iya, balik arah. Putar dan putar~, lalu lempar dengan pow.”
“Ay~.”

Seperti yang Arisa bilang, aku putar dan putar~ lalu lempar ularnya.
Sepertinya ini semacam mainan baru, tapi aku tidak mengerti apa enaknya.

“Iya, itu bagus.”

Arisa menyilangkan tangannya dan mengangguk dengan, uh-huh. Sepertinya itu benar.
Arisa mengambil sebuah kayu bakar di kakinya dan kembali ke goshujin-sama.

Berikutnya, demi goshujin-sama, aku akan cari mangsa yang lebih besar.

Aku mengejar capung.

Aku mengejar jangkrik.

Ketemu.

Sembunyikan diri~, tou!

Aku tangkap mangsanya dari belakang, dan dia pingsan hanya dengan itu.

Lemah~?

Walaupun ini hadiah untuk goshujin-sama, tapi aku disuruh, “Lepaskan dia.”
Walaupun, ini mangsa yang besar~.

Tapi, ini perintah dari goshujin-sama, Tama akan dengarkan apa yang dia bilang.
Aku putar dan putar~ seperti yang diajarkan Arisa dan melemparnya.

Aku diomeli oleh goshujin-sama.

Aku harus bilang pada Arisa kalau berbohong itu tidak baik.
Karena akulah si onee-chan.