Tuesday 17 January 2017

5-15. Pertemuan (2)

Satou di sini. Ini bukan maksudku, tapi aku mau tidak mau langsung lock on saat dada besar ditampilkan di depanku. {TLN: Sama, saya juga gt koq... :P}
Ingin hati yang kuat yang tidak akan kalah pada godaan, Satou.





Aku penasaran apa Arisa merasa lega setelah menangis, dia langsung menanyakan rentetan pertanyaan tentang situasiku. Mengabaikan pembicaraan yang berat seperti tentang hero, atau cahaya ungu, atau orang reinkarnasi dan hanya menjelaskan dengan sepintas tentang bagaimana si magician sudah mencapai tujuannya dan tidak akan mengejar Mia dengan semut-semut dan monster-monsternya.

“Uuu~, banyak hal yang disembunyikan dariku ya?”
“Yaa iya, aku akan ceritakan tentang itu saat waktunya tepat.”

Bukannya nyaman tapi itu berkaitan dengan Arisa juga jadi aku akan bicara tentang itu dengan dia saat hanya ada kita berdua.

“Janji! Aku juga tidak apa untuk membicarakannya saat pembicaraan di kasur.”

Baguslah dia kembali ke dia yang biasa.

Aku buka bungkus Mia dan No.7 dan meletakkan mereka di kereta.

“Tunggu sebentar, abaikan si gadis elf, ada apa dengan wanita cantik berdada besar ini? Katakan apa yang dibicarakan dengan si magician~~~!”

Teriakan Arisa menggema.
Karena mungkin akan sampai ke kota Seryuu, aku hentikan dia.

“Kamu mengerti kan? Identitas orang ini.”

Arisa mengangguk pada kata-kataku. Karena identitas asli si wanita adalah seorang homunculus.
Mia akhirnya bangun dengan keributan ini, dan melihat sekeliling dengan limbung.

“...mimpi?”
“Bukan.”
“Apa kita selamat?”
“Nyaris, iya.”

Ekspresi Mia berubah sambil sedikit merespons. Aku katakan pada dia apa yang aku katakan pada Arisa.

“Aku tidak tahu sopan santun manusia. Ibuku yang bersamaku selama lebih dari 100 tahun bilang walaupun dia tidak menjelaskan apapun padaku, aku akan mengerti kalau itu berbeda saat aku pergi keluar.”

Oh, Mia berkata dengan kalimat yang panjang.

“Kalau boleh, sebuah 『Terima Kasih』itu cukup. Kalau pihak lainnya adalah pemuda pria, maka katakan dengan tawaan dan senyuman.

Arisa langsung menjawab Mia. Sesuatu ada yang tidak benar tapi?

Begitu, Mia berbicara dengan bahasa Shiga kingdom. Saat aku tanyakan dia, dia bisa berbicara bahasa itu sejak awal. Saat aku tanyakan kenapa dia tidak menggunakannya, aku mendapat nuansa 『Bahasa manusia itu terdengar seperti *kachi-kachi*. Aku tidak suka. 』dari jawabannya.

Mia berdiri, membenahi penampilannya dan membungkuk dengan sopan.

“Terima kasih, Satou.”
“Sama-sama.”

Kalau dipikir, ini pertama kalinya Mia berterima kasih padaku.
Aku membalas tanpa mengejeknya.

“Biarkan aku memperkenalkan diri sekali lagi. Aku adalah elf termuda dari hutan Borunean, anak dari Lamisauya dan Lilinatoa, Misanalia Borunean.”

Sambil berkata, “Kamu mendapat terima kasihku yang paling dalam.” Dia mencium dahiku.

>Mendapatkan titel [Friend of The Elves]





“Wanita ini?”
“Oh iya, aku lupa. Dapat wanita lagi?”
“Goshujin-sama mesum.”
“Sudah pasti huh.”

Setelah kejadian dengan Mia selesai, topiknya beralih ke No.7.
Mia, Arisa, dan Lulu berbicara seperti aku adalah suami yang ketahuan selingkuh.
Aku goyangkan si No.7 yang pingsan sambil terlihat bahagia.

“...Selamat pagi?”
“Yup, selamat pagi. Kamu mengerti situasinya?”
“Tunggu sebentar.”

Dia bicara tanpa intonasi seperti biasa. Dia berpikir sambil memiringkan kepala, sepertinya itu kebiasaan dia.
Karena Arisa yang ada di dekatku bilang, “Menjijikkan”, aku luruskan dia.

“Sebuah instruksi tertinggal di barisan pesan. Karena tuan sebelumnya sudah mati, kepemilikanku sudah dihentikan sebagai hasilnya. Menurut catatan lain, Anda telah memenuhi syarat untuk menjadi tuan yang baru.”

No.7 berhenti di situ dan menunggu jawabanku.
Yaa, aku tidak akan komplain kalau wanita cantik dengan dada besar jadi teman kami. Tuan dia, Zen, sudah mati dan mungkin sudah tidak ada lagi teman-temannya yang tersisa.

Sebelum aku bisa membuka mulutku, Arisa menjawab duluan. “Tidak, itu bukan bagaimana hal ini dilakukan.”, dia bilang ke No.7, menarik dia ke belakang kereta dan diam-diam bicara dengan dia.

“Goshujin-sama, tolong duduk di sini~ Yang lainnya duduk di sini~”

Setelah itu, aku mengikuti permainan teater favorit Arisa. Ini semacam parodi tapi aku tidak tahu ini tentang apa. Lalu, saat aku masih kebingungan, jadinya No.7 memanggilku master dan mendapat [Nana] sebagai nama barunya. {TLN: Nana = 7 di jepang.}

Walaupun Arisa melihat ke arahku saat dia mendengar namanya, aku ingin kamu membiarkanku untuk hal ini karena aku buruk dalam memberi nama.
Aku tidak mengerti arti drama kecilnya sampai akhir tapi titel si No.7 berubah dari [Zen’s Doll] jadi [Satou’s Servant], jadi mungkin ada semacam arti yang dalam di belakangnya.

“Kore kara yoroshiku , Nana.” {TLN: Bingung apa terjemahinnya -_-a}
“Iya master, tolong rawat saya dengan baik.”

....Apa yang kamu ajari kali ini, Arisa?





Setelah mendapat teman baru, aku putuskan untuk membawa Mia ke manajer guild pekerja. Mia punya seseorang dari suku yang sama yang bisa dimintai tolong, tidak seperti gadis yang lain.

Karena izin saya untuk tinggal di kota Seryuu masih valid, aku bisa masuk gerbang tanpa bayar pajak. Dan karena sepertinya ini tidak berlaku untuk anggota yang lain, aku pergi sendiri untuk memanggil si manajer.

“Halo, Nadi-san.”
“Halo. Eh? Satou-san, bukannya kamu berangkat kemarin?”
“Iya, sebenarnya seorang anak elf yang hilang sedang dirawat olehku, jadi aku mengunjungi tempat ini untuk minta tolong pada manajer.”
“Kamu orang yang baik, kamu jauh-jauh kembali untuk itu.”

Nadi-san menyapaku dengan gembira, tapi aku merasa yang terakhir tercampur dengan sedikit shock.

“Manajernya masih tidur, jadi aku akan bangunkan dia. Silahkan istirahat di sofa ini sambil menunggu.”

Sambil berkata begitu, Nadi-san buru-buru membersihkan baju laki-laki dan buku yang seperti majalah di sofa untuk membuat tempat. Mereka mungkin punya si manajer.
Sambil menunggu, aku mengambil buku yang seperti majalah. Ini adalah majalah gosip yang meliputi topik tentang Shiga kingdom. Halamannya tidak lebih dari 10 halaman, tapi aku membukanya karena aku merasa kangen. Artikel seperti hasil percintaan antara seorang gadis bangsawan dan seorang penjelajah di suatu tempat, atau peta untuk ‘pelayanan’ di royal capital berlimpah di sini.

Aku mendengar suara Nadi-san yang membangunkan si manajer dari lantai atas.
Mereka berdua datang ke bawah saat aku membaca artikel tentang kompetisi antara petarung terkenal di sebuah arena.

“Maaf sudah mengganggumu.”
“...Di mana dia?”
“Mou, manajer! Saat kamu bicara sama orang biasa, tolong bicara lebih jelas. Maaf Satou-san. Di mana gadis elf itu?”

Aku pikir dia sedang bad mood karena dibangunkan, tapi dia hanya pendiam huh. Mungkin karakter default elf memang pendiam?
Aku pandu mereka ke tempat terbuka di luar gerbang di mana keretaku menunggu. Guild pekerjanya tidak diberi tanda [Tutup] atau semacamnya, apa tidak apa?

Aku minta Lulu yang ada di kursi kusir untuk memanggil Mia.

“Mia? Aku tidak percaya, anak hilangnya itu Misanalia?”
“Iya, apa kamu kenal dia?”
“Ah.”

Dia bisa berbicara dengan lancar saat dia bicara pada diri sendiri tapi hanya satu kata untuk balasannya huh? Nadi-san melihat ke manajer dengan wajah bermasalah. Begitu, aku mengerti sekarang kenapa orang ini selalu tertidur di toko.

“Yuya?”
“Mia.”
“Nn.”
“Kabur?”
“Tidak.”
“Nyasar””Tidak”
“Lia?”
“Rumah.”
“Begitu.”
“Kenapa?”
“...Bersih-bersih.”

Percakapan mereka dengan bahasa elf itu menarik. Aku bisa menebak maksudnya tapi aku akan jadi seperti penerjemah untuk percakapan sebenarnya. Mia hanya menyangkal saat ditanya apakah dia nyasar, lalu mereka terus saling mengerti.
Dengan pertolongan Nadi-san, aku mengerti garis besar percakapan mereka. Manajer (Yuya)-san adalah seorang elf yang datang dari kampung halaman yang sama dengan Mia. Dia datang ke kota Seryuu 10 tahun yang lalu untuk membersihkan kesalahan yang dibuat oleh paman-kakek {TLN: Granduncle, indonya apaan ya?} dia. Diat tidak menyebutkannya, tapi itu mungkin tentang maze Trazayuya.
Aku laporkan pada dia tentang magician yang menculik Mia. Dia punya tempat persembunyian bawah tanah di wilayah rat-man yang terlihat seperti maze, dan saat kami kabur dari sana, mazenya menghancurkan diri bersama dengan si magician.

“Pulang?”
“Tidak.”
“Begitu.”
“Ada pekerjaan.”

Nadi-san jadi agak cemas dengan arah obrolannya, tapi dia kembali tersenyum lebar setelah mendengar kata-kata si manajer.

“Mau apa?”
“Pulang.”
“Bisa?”
“Bersama Satou.”

Sepertinya si manajer bertanya apa dia bisa pulang ke rumah, tapi Mia bilang dia akan baik-baik saja denganku. Benar-benar, mereka bisa mengerti dengan baik hanya dengan itu. Kalau kamu sudah kenal dengan seseorang selama lebih dari 100 tahun, mungkin kamu akan jadi mengerti apa yang dipikirkan satu sama lain.

Pada akhirnya, si manajer bilang padaku, “Aku serahkan padamu”. Lalu si manajer dan Nadi-san membawa kami saat mereka kembali ke toko mereka, dan bernegosiasi dengan si ksatria Soun untuk membuat ID untuk Mia. Aku konsultasi pada mereka berdua apa mereka bisa melakukan sesuatu agar Nana bisa membuat ID, dan manajer bilang “Serahkan padaku”, sambil menggunakan magic art, [Fake Patch], untuk menyamarkan suku Nana menjadi [Human].
Di waktu yang sama, si manajer memperingatkan kami bahwa magic ini hanya bisa menipu batu Yamato replika sedangkan yang asli yang ada saat kami keluar dari labirin waktu itu dan Status Check bisa melihatnya.
Ngomong-ngomong, AR menunjukkanku, [Suku: Manusia] [Suku: Homunculus], saat aku lihat Nana, sedangkan skill Appraisal memberiku [Tribe: Human (Palsu)]

Untuk sekarang, karena manajer dan Nadi-san, mereka berdua mendapat ID dengan aman. Dengan ini kami akan bisa mengunjungi kota-kota di tengah perjalanan kami.
Saat kami menunggu IDnya selesai, si manajer memberiku sebuah tas berisi uang sambil berkata, “Nn”.

“Tolong gunakan ini untuk biaya perjalanan Mia. Walaupun ini hanya sedikit karena ini simpanan rahasia manajer.”
“Terlalu banyak bicara.”

Si manajer protes karena informasi tambahan dari Nadi-san.

“Terima kasih banyak.”

Aku terima dan menyimpannya di tas.
Kami tidak benar-benar membutuhkannya, tapi akan tidak sopan untuk menolaknya. Aku akan beri ini semua pada Mia nanti.
Aku berjanji pada manajer dan Nadi-san yang mengantar kami untuk mengirim mereka surat saat kami sampai di hutannya.

Keretanya melaju melalui jalan yang sama seperti kemarin.
Aku berdoa agar ini menjadi perjalanan yang damai tanpa terjadi apa-apa, dan keretanya melaju sambil berderak.