Tuesday 17 January 2017

5-14. Pertemuan

Satou di sini. Aku mau tebak-tebakan disebut misteri.
Dengan kehidupan bertualang yang brutal ini, aku mengatakan selamat tinggal pada perjalanan tamasya, Satou.





Zen, Zen, Zen huh, aku kewalahan dengan gerakannya, dan dibuat bergerak sesuai dengan rencananya. Dia mungkin puas, tapi itu benar-benar sangat mengganggu untuk terlibat.

Tapi, walaupun aku sudah membunuh seseorang karena aliran kejadiannya, aku tidak merasa bersalah. Ini bukan hanya karena MNDku yang tinggi tapi mungkin juga karena penampilan luarnya yang seperti kerangka dan dia terlihat senang pada akhirnya.

Aku menenangkan diri. Pertama, aku cek situasi Arisa dan gadis lainnya. Sepertinya Liza sedikit terluka tapi semuanya selamat. Mereka bukan di tempat kemping tapi sudah di dekat kota Seryuu.
Entah mengapa mereka berpikir kalau, “Saat pagi”, berarti mereka harus sudah di guild pekerja sebelum pagi. Maksudku itu, “Berangkat saat pagi”, tapi sulit melengkapinya.

Aku bisa katakan pada mereka tentang keselamatanku kalau kami punya cellphone, tapi mau bagaimana lagi kalau tidak ada. Aku akan cari hal dengan fungsi yang sama saat aku sampai di royal capital dan kota labirin.

Nah, akan sulit melewati 5 gunung saat gelap. Abaikan kekuatan fisikku, keadaan mentalku sudah capek. Aku mau istirahat setidaknya sampai fajar.

Apa aku istirahat saja di sini?

Aku memikirkan hal yang kejam, kalau aku pikir, aku ingat kalau aku seharusnya tidak meninggalkan Arisa dan gadis lainnya sendirian. Kalau mereka, sekelompok budak, kembali sendirian bukanya mereka akan dianggap seperti budak yang melarikan diri?
Si Ksatria Soun yang menjaga gerbang depan itu orang yang besar hati, tapi aku tidak yakin kalau itu berlaku untuk budak dan demi-human juga.

HPku sudah pulih sepenuhnya, dan staminaku masih 90% juga. Aku tidak suka berpikir seperti atlet, tapi ayo semangati diri sendiri.
Tentu saja aku akan membawa Mia, yang sedang aku bawa di pundakku, dan No. 7 (homunculus) juga. Kalau aku tinggalkan mereka di sini, mereka akan jadi mangsa serigala-serigala dan tidak akan ada artinya aku menyelamatkan mereka dari maze.

Aku bungkus Mia dan No.7 masing-masing di kain tebal. Kebetulan, Mia sekarang terlihat seperti saat dia pertama kali diberikan padaku oleh si helm merah.

>[Mendapatkan Skill Packing]

Aku letakkan Mia di atas No.7, dan membawa mereka berdua di lenganku. Mereka menyebutnya, bridal carry. Kalau aku punya kekuatan fisik yang biasa saja aku akan capek setelah beberapa menit, tapi aku yang sekarang bisa membawa mereka berjam-jam tanpa masalah. Saat aku coba berjalan, Mia hampir terjatuh jadi aku bungkus mereka berdua dengan satu mantel lagi agar stabil.
{TLN: bridal carry = cowok gendong cewe pas abis nikahan, tahu laah kaya gimana.}

Aku melewati jalanan gunung sambil membawa mereka berdua.





Aku bahkan belum melewati jalanan gunung ini untuk beberapa menit sampai, seperti biasa,

>[Mendapatkan Skill Off-Road]

muncul, jadi aku masukkan poin ke situ sampai maksimum dan mengaktifkannya. Selain itu, aku juga aktifkan skill [Sprint] dengan cara yang sama. Aku mungkin menghabiskan poin tapi masih ada sekitar 90% tersisa jadi tidak apa.

Aku sudah menggunakannya tanpa pikir panjang sampai sekarang, api melihat cahaya ungu itu, aku mereka seperti aku akan terlibat dengan masalah. Aku sudah putuskan untuk memeriksa setiap skillku dan menggunakan setengah poinku untuk memperkuat diriku setelah aku bertemu lagi dengan Arisa dan lainnya.

Aku melewati tempat yang terlihat seperti reruntuhan desa rat-man setelah berlari 10 menit. Apa ini desa di mana Mia bertemu dengan helm merah lagi?
Aku tertarik, tapi aku harus terus berlari melewati gunung sekarang.

Aku bisa mengenali semak yang bagus untuk melompat, apa ini karena skill Off-Road? Aku tidak bisa membedakan dengan jelas seperti skill Trap-Discovery bisa mendeteksi jebakan, apa ini karena perbedaan antar benda alami dan buatan?
Mungkin karena skill Off-Road ditambah dengan skill Sprint, aku bahkan lebih cepat dari kereta yang ditarik kuda. Apalagi, digabung dengan skill 3d-Maneuver, aku melewati gunung dengan rute yang hampir lurus. Aku merasa seperti semacam ninja dari sebuah manga.

Setelah melewati dua gunung, pepohonan yang mati mulai berkurang dan pepohonan hijau jadi banyak.

Pada saat itu, aku melihat tempat yang menarik dengan bunga yang seperti lili lembah dan jamur yang kelap-kelip di tengah jalan. Aku mau melihat lebih dekat tapi waktu sangat berharga sekarang, jadi aku menyerah. Karena ini amat disayangkan, aku beri tanda di peta untuk tempat ini.
Mia dan si wanita kadang tersangkut dengan ranting yang muncul tapi aku hancurkan mereka dengan menyentil koin dengan tanganku.
Aku berlari melalui gunung bergantung pada cahaya bulan. Ini terasa seperti bulan di dunia ini sangat terang.

Setelah gunung ke empat, seekor Giant Boar melompat ke arahku. Aku sudah menyadarinya dari radar, tapi karena dia tiba-tiba lompat ke sini, aku tendang dia.
Aku sudah menghindari binatang-binatang kecil yang melompat ke arahku sejauh ini, tapi pastinya, mustahil melakukannya dengan Giant Boar seukuran beruang.
Kepalanya yang terkena serangan langsung hancur seketika, aku alihkan pandanganku. Tanpa melihat ke kepalanya yang hancur, aku masukkan ke Storage sebelum dia jatuh ke tanah sebagai suvenir untuk Liza. Karena aku sudah pernah melihat Liza membongkarnya beberapa kali, aku mungkin jadi terbiasa. Walaupun aku menyombongkan diri sekarang, aku yakin aku akan membiarkannya kalau tidak gelap.

Dan kami akhirnya sampai di jalan besar. Dari sini, jaraknya 80 Km ke kota Seryuu dalam garis lurus. Ada 1 setengah jam sampai matahari terbit.
Aku berlari melewati area berbukit tanpa berbelok. Tanahnya terkeduk tapi tidak akan ada orang yang keberatan juga, mungkin.





Aku berpikir sambil berlari. Hal seperti Arisa dan Zen, aku merasa seperti aku punya keberuntungan(kesialan) yang membuatku cenderung terlibat dengan orang yang sudah diberikan kekuatan oleh para dewa. Aku tidak bisa berpikir kalau mereka semua orang dengan niat baik.

Apa dewa-dewa di dunia ini menghibur diri mereka dengan memberi cobaan pada orang-orang?
Atau, apa mereka seperti dewa dari mitos Eropa Utara dan Yunani di mana mereka punya sifat seperti manusia dengan jahat dan baik?
Tidak, ada juga kemungkinan iblis berpura-pura jadi dewa/tuhan seperti di Injil.

Tidak ada jawaban dengan menebak-nebak. Nanti dalam perjalanan, aku akan cari lebih banyak informasi tentang dewa kalau aku melihat kuil besar atau perpustakaan.
Lalu aku bisa bandingkan dengan informasi yang aku dapat dari Arisa.

Tapi, dengan tren seperti ini, ada orang reinkarnasi lain di luar sana kan? Dan walau dengan mereka di sekitar, budaya dan peradaban dunia ini tidak hancur huh.
Mungkin orang yang terpilih itu seperti aku, yang secara aktif tidak berniat untuk menyebarkan pengetahuan dunia modern.
Orang yang suka teori konspirasi mungkin akan bilang kalau orang reinkarnasi yang menyebarkan pengetahuan dunia modern akan disingkirkan oleh semacam kekuatan.

Nah, si magician Zen bilang kalau dia jadi No-Life King setelah dia dieksekusi oleh seorang bangsawan.
Apa yang aku khawatirkan saat aku mendengar cerita itu adalah unique skillku [Indestructible]. Mereka terdengar terlalu mirip. Aku takut kalau aku juga akan jadi No-Life King atau Raja Iblis kalau HPku jadi 0.

Apa skill yang aku lihat pada Zen di tempat kemping, seperti [Physical Attack Invalid] atau [Instant Recovery] itu unique skill? Mungkin karena kedua skill itu dia tidak bisa membunuh dirinya sendiri.
Ini hanya tebakan dari apa yang aku kumpulkan dari obrolannya, tapi titel [Hero] digabung dengan holy sword mungkin bisa melawan dua skill itu.
Mungkin raja iblis punya syarat yang sama juga, atau aku hanya berpikir terlalu jauh?

Tetapi, kalau dibandingkan, aku bisa memusnahkan Tenryuu dan Ryuujin tanpa titel apa-apa. Meteor Shower mungkin punya efek yang sama dengan [Hero dan Holy Sword], tapi aku merasa kesimpulannya terlalu ringan. {TLN: Tenryuu=Heavenly Dragon, Ryuujin=Dragon God. Pke itu saja ah, lebih keren... :P}
Aku berpikir bahwa dragon mungkin keberadaan yang memburu raja iblis, tapi mereka mungkin juga sebuah ras yang khusus pada serangan. Aku tidak terlalu puas dengan ini, tapi sampai aku dapat informasi baru, aku simpulkan seperti itu untuk sekarang.





Sambil mengingat hal-hal yang aku bicarakan dengan Zen, aku ingat untuk mengembalikan titelku jadi [None]. Sekalian, aku juga ganti levelku di tab Exchange. Karena Arisa dan Liza sudah naik level, aku juga tingkatkan levelku jadi 12.

Pertumbuhan Arisa dan lainnya seperti ini :
Arisa.... Level 10=>12, Skillnya diabaikan. {TLN: Masih sama maksudnya}
Lulu... Level 2=>3, Skillnya adalah [Etiquette], [Marshalling(baru)]
Liza... Level 13=>14, Skillnya [Spear], [Thrusting], [Dismantling], [Cooking], [Heavy Blow(baru)]
Pochi... Level 13=>14, Skillnya [Short Sword], [Throwing], [Dismantling], [Enemy Search], [Shooting(baru)]
Tama... Level 13=>14, Skillnya [Short Sword], [Throwing], [Dismantling], [Collecting], [Enemy Search]

Skill baru Lulu [Marshalling] tidak buruk, tapi aku akan senang kalau dia belaja [Cooking].
Dalam game, kamu bisa memasukkan skill untuk anggota party tapi kenyataan tidak semudah itu.

Kalau dipikir, aku punya skill [Education] kalau tidak salah.
Mungkin aku bisa mengajarkan skill yang diinginkan dengan ini? Aku akan bekerja dengan Lulu untuk mencobanya lain kali.





Aku melihat peta setiap 10 menit, tapi masih tidak apa-apa selain aku di jalan besar ini. Arisa dan gadis lainnya sudah tiba di depan gerbang kota Seryuu.
Aku sudah melakukan hal yang mustahil dengan sampai ke tempat di mana aku bisa melihat kota Seryuu dalam 40 menit. Menurutku kecepatanku rata-rata 120 Km/jam.
Karena aku menurunkan kecepatanku saat aku mencapai jalan besar agar tidak merusaknya, kamu bisa menebak seperti apa kecepatannya saat di perbukitan.

Saat aku keluar dari hutan terakhir aku mulai berjalan biasa sampai aku bisa dilihat oleh pengawas kota Seryuu.
Lagipula sisanya tinggal 3 kilometer lagi, dan gerbangnya tidak akan buka sampai 50 menit lagi.

Aku sampai ke tempat yang sedikit tinggi sejauh 2 kilometer dari kota Seryuu. Aku tidak hanya bisa melihat dinding luar dari sini, tapi juga keseluruhan gerbang. Kereta kami bisa terlihat di kejauhan.
Saat aku melihatnya, keretanya mulai datang ke sini. Rupanya, seseorang sudah melihatku. Yang punya mata tajam, Tama mungkin?

Keretanya terlihat olehku, Liza mengendalikannya. Pochi dan Tama menjulur dari kereta seakan mereka mau jatuh dan melambai ke sini. Arisa dan Lulu melihat ke sini dengan gelisah, sepertinya mereka belum bisa melihatku.
Aku letakkan Mia dan si wanita ke satu tanganku dengan halus, dan melambai pada mereka.
Tapi, mereka terlihat aneh. Aku sudah berpikir kalau mereka akan khawatir tentangku tapi bukankah mereka terlalu khawatir?

Tidak lama, keretanya terlihat sambil menerbangkan awan debu.
Aku letakkan mereka berdua di pinggir jalan dan pergi menyapa mereka semua.

Keretanya berhenti mendadak, lalu Pochi dan Tama yang turun seperti mereka terjatuh berlari ke sini.
Bam, dengan suara seperti itu, Liza yang melompati Pochi dan Tama dari kursi kusir berlari ke sini duluan. “Gojujin-zama”, dia bilang dengan suara tangisan yang keras sambil memelukku dengan erat. Kehilangan beratnya, aku topang titik beratnya. Air mata Liza mengalir deras sambil memelukku.
Saat aku terkejut dengan sikap Liza yang tidak terduga, Pochi dan Tama memanjat badanku dan memelukku dari kedua sisi.

“Slamat Data~ng””Nanodesu!”

Mungkin karena mereka tidak bisa mengungkapkan kelegaan mereka dengan baik, mereka menggigiti kepala dan pundakku, dan menjilati mukaku. Ini intens.

Arisa dan Lulu yang turun dari kereta belakangan tidak bisa mengganggu pelukan intens ini. “Selamat datang.” kata Arisa sambil melihat ke tanah, dan Lulu dengan anggun.

“Aku pulang, maaf telah membuatmu khawatir.”

Liza masih menangis sambil memelukku, tapi saat dia mendengar suaraku dia membalas dengan suara lemah sambil menangis. Lalu, sepertinya sadar kalau dia sedang memelukku, dia melepasku dengan malu-malu.
Menyamakan dengan dia, aku letakkan Tama dan Pochi di tanah dan mengelus kepala mereka.

“Kami khawatir nodesu!””Ada luka~?”

Pochi dan Tama melihatku dengan khawatir, Lulu melihatku sambil tersenyum, lalu Arisa maju ke depan sambil masih agak melihat ke tanah.
Dia tidak seperti Arisa yang biasa?

“...A, aku khawatir! Mou, janji jangan pernah melakukan hal tidak masuk akal seperti itu lagi!!”

Arisa memutuskan untuk mengangkat mukanya dan berkata seperti itu. Air mata berkumpul di mata besarnya.
Aku peluk dia dengan lembut sambil minta maaf, dan mengelus punggungnya perlahan.
Dia sepertinya tidak bisa menahannya lagi, mulai menangis, dan aku menenangkannya.

Mungkin karena mereka terbawa suasanya, Pochi dan Tama juga mulai menangis bersama dengan Arisa. Lulu dan Liza yang melihat kami dari jauh juga menangis.

Aku sudah memutuskan untuk minta maaf berkali-kali, tidak peduli berapa banyak, sampai semuanya berhenti menangis. Air mata yang jatuh dan omelan dari mereka semua yang khawatir tentangku menghangatkan hatiku yang agak mengeras. Lalu, aku terus minta maaf sampai langit menjadi putih.