Wednesday 15 March 2017

6-13. Orang-Orang di Wilayah Baron Muno (4)

Satou di sini. Ada yang bilang kalau ada perbedaan besar antara melihat dan mendengar, tapi aku pikir ada banyak hal yang tidak kamu tahu sampai kamu mencobanya sendiri, Satou.



“U, umm, terima kasih makanan enaknya.”
“Tidak usah dipikirkan, semuanya juga sudah berterima kasih padaku tadi.”
“Lalu umm, aku minta maaf untuk tadi siang.”

Dia gadis berambut merah yang tadi siang. Dia dipanggil Totona kalau tidak salah. Dia datang sendiri ke tempat kemping kami untuk bertemu denganku, apa dia punya urusan?

Si gadis melihat ke bawah, tapi setelah dia melirik sedikit ke Lulu, wajahnya jadi bertekat.
Dia menggenggam roknya dengan tangan yang gemetar, dan sepertinya memutuskan sesuatu.

Ini bukan situasi, “Tolong beli aku”, lagi kan.
Sejujurnya, aku muak dengan itu.

Tetapi tingkat gadis ini agak berbeda.
Dia mengangkat roknya. Aku bilang rok, tapi bajunya adalah one piece, jadi aku bisa melihat tulang rusuknya—

--atau seharusnya begitu, tapi Lulu menutupi dia dengan apron dengan buru-buru dari belakang, jadi aku tidak bisa melihatnya. Biarkan saja seperti ini.
Sepertinya dia tidak akan memakai bajunya lagi, tapi dia juga tidak menyingkirkan apronnya.

“I, ini sebagai permintaan maaf dan terima kasih. Kami tidak bisa melakukan apapun, jadi...”
“Kamu akan membayar dengan tubuhmu?”
“Un, kakak perempuanku bilang, ‘kalau kamu diberi sesuatu, beri sesuatu kembali.’, dia bilang tidak bagus kalau hanya dengan kata-kata...”

Aku tidak berpikir orang itu bermaksud seperti ini saat dia bilang begitu.

“Tidak apa mengembalikan sebuah terima kasih pada orang kaya. Walaupun aku ingin kalau kamu tidak menjalankan itu mentah-mentah.”
“Tapi”
“Kakak perempuanmu pasti bermaksud kalau kamu jadi orang yang menikmati hidupmu, kamu harus berbagi sesuatu pada orang lain.”
“Be, begitu ya...”

Karena dia terdiam, Lulu membantu dia menggunakan bajunya kembali. Tentu saja aku tidak tertarik dengan badan gadis kecil, jadi aku alihkan pandanganku.
Setelah Totona memakai bajunya embali, Lulu mengundang dia untuk minum teh. Mia yang harusnya dalam tugas jaga denganku bersandar di punggungku, tertidur. Tertidur walaupun dengan keributan ini, dia tidak cocok untuk tugas jaga.

“Um, ini?”
“Ini teh biru.”
“Apa boleh diminum?”
“Ini enak tahu.”

Dengan kata-kata Lulu, Totona berkonsentrasi pada cangkirnya sambil terlihat terkejut. Pipinya melemas, apa menurut dia teh itu enak.
Aku menonton pemandangan itu sambil menyiapkan tombaknya Liza.

“Ini pertama kalinya aku minum sesuatu seperti ini.”
“Mungkin tidak ada yang minum ini di sekitar sini. Itu adalah teh favorit goshujin-sama.”

Itu mungkin sesuatu yang hanya bisa diminum oleh orang kaya kalau mempertimbangkan wilayah ini.
Nama tehnya adalah [Blue Ruby], tehnya mudah diminum seperti Darjeeling, walaupun mereka ada di level yang jauh berbeda. Tehnya mengeluarkan warna agak kebiruan saat baru saja diseduh tapi terlihat seperti teh biasa saat dingin. Aku jadi penasaran bagaimana itu bekerja.
Totona sepertinya jadi tenang setelah dia selesai meminum tehnya.

Karena sepertinya dia akan mencoba menjual dirinya kali ini, aku dahului dia.

“Totona, bisakah kamu pinjamkan aku anak-anak yang kuat untuk menolongku pagi ini?”
“Un, kalau kami bisa berterima kasih dengan itu, semuanya kan menolong.”
“Tolong ya, aku janji akan memberikan dua tas besar kenang ke orang-orang tua itu. Kalian juga harus bertahan hidup kan?”
“Un, un, terima kasi, Onii-san.”

Totona berterima kasih sambil menangis, Lulu mengelap air matanya.

Walaupun, dua tas besar kentang mungkin tidak cukup bahkan untuk setengah bulan.
Aku tidak punya kewajiban atau alasan untuk membantu mereka lebih dari ini, tapi aku akan mencoba melakukan sesuatu tanpa memberiku masalah. Cara berpikir seperti itu memang seperti hipokrit huh.



Sekarang, aku jauh dari tempat kemping, di dalam hutan.
Pada awalnya, aku berpikir untuk memburu Spider Bear untuk anak-anak dan orang-orang tua itu, tapi aku berubah pikiran dan memeriksa lahan hutannya.

Si nenek bilang kalau sebuah tempat yang bagus harus ada di samping sungai dengan banyak humus dan cukup cahaya.
Aku gunakan holy sword yang aku ambil dari Storage untuk memotong pepohonan dengan cepat dan meletakkan mereka ke dalam storage, rasanya tidak nyata. Aku sudah membersihkan area seluas 300 meter dalam 10 menit.

Entah bagaimana aku lakukan itu tanpa skill Lumbering.

Penampilannya jadi jauh lebih baik.

Berikutnya, aku aktifkan skill Cultivation yang sudah aku dapatkan sebelumnya.
Aku tarik tunggulnya satu demi satu, tapi ini cukup sulit. Aku bisa menarik tunggulnya dengan mudah, tapi sebagai reaksinya, kakiku tenggelam ke tanah yang gembur.
Karen itu, aku menyerah menarik tunggulnya, tapi aku potong akarnya degan holy sword setlah aku mengangkatnya. Pekerjaan ini menghabiskan waktu lebih lama dari yang aku kira, sekitar 1 jam.

Berikutnya, menyingkirkan rumput liar dan semak-semak. Karena rumputnya putus kalau aku tarik dengan sekuat tenaga, di tengah jalan, aku kontrol tenagaku dengan cukup kesulitan. Aku mendapat skill, [Gathering], saat aku menarik rumput-rumputnya. Sepertinya ada beberapa tanaman obat yang tercampur dengan rumput yang aku tarik. Apa ini bedanya skill [Mowing].

Aku akan senang kalau menggunakan fire magic dan teriak, “Nagiharae.” {TLN: Referensi dari Nausicaa. Sy sendiri blm ntn c.}

Saat aku sudah selesai menyingkirkan rumput liarnya, aku tarik akar pohon yang tersisa. Rasanya aneh seperti menarik tali yang terbenam di tanah. Ini juga sama dengan rumput liar, mereka mudah putus kalau aku tarik dengan kuat, jadi aku harus mengendalikan kekuatanku dengan hati-hati.

Aku menemukan semacam batu besar dan batu biasa di tengah jalan, aku letakkan mereka di Storage. Mereka akan jadi penghalang di ladang.

Nah sekarang, mungkin tanah ini sudah cukup bagus untuk bertani?

Aku merasa melewatkan sesuatu, apa ini efek dari skill Cultivation.
Aku belum membaca banyak manga tentang pertanian.

Karena aku tidak tahu apa itu walaupun aku memandang ke tanah, aku keluarkan cangkul dari desa yang terlantar waktu itu dan mencoba membajak tanahnya.

“Hum~m, ini normal.”

Setelah membajak sejauh 10 meter, aku merasa seperti mengenai sesuatu yang keras.
Ada sebuah batu di tanah. Besar batunya hampir sama dengan kepalan tangan. Setelah itu, aku mengenai batu kapanpun aku sedikit mencangkul. Ujung cangkulnya jadi agak bengkok.

Aku atur jarak pencariannya dan mencari batu. Pertama, tampilkan yang ada di kedalaman 30 cm. Ada banyak. Aku aktifkan skill Gathering sampai maksimum dan mulai mengumpulkan batu. Aku kumpulkan batu dengan sangat cepat sampai seakan aku ada di dalam manga komedi. Terkadang barang yang terlihat seperti batu permata atau logam mentah tercampur, tapi mereka mungkin hanya batu indah seperti actinolite waktu itu.

Setelah aku sudah hampir selesai menyingkirkan batu-batu, aku coba bajak tanahnya. Karena aku hanya melakukan ini sekali saat aku masih kecil di kampung kakekku, aku tidak tahu apa aku melakukannya dengan benar. Kalau aku hanya membuat tanahnya cukup gembur, maka kakek-kakek itu mungkin bisa mengarahkan anak-anak dengan baik.

Aku tumpuk sekitar 10% rumput liar yang sudah aku kumpulkan di pinggir lahan sawah. Itu akan digunakan sebagai pupuk.
Aku juga membersihkan ranting-ranting dari 10 pohon yang ditebang dan menumpuk mereka di tiga lokasi yang berbeda. Lalu aku potong mereka jadi 20 bagian agar mudah dipakai.
Aku bungkus buah Gabo, dengan kain dan letakkan mereka di bawah kayu pohon. Itu seharusnya tidak dirusak oleh monster kalau seperti ini.

“Fuh, ini melelahkan ya.”

Staminaku sudah berkurang 20%. Penyingkiran batunya yang paling berat.

“Nah, aku sudah mengolah tanahnya, tapi apa yang harus aku lakukan dengan ini.”

Benar, akan terlihat tidak wajar untuk ladang yang bisa dipakai muncul dalam semalam.
Aku akan biarkan ini sendiri, dan berharap kalau anak-anak akan menemukan tempat ini saat mereka mencari makan. Karena ini hanya berjarak 2 kilometer dan dekat dengan sungai, aku mengharapkan mereka untuk menemukannya.

Pada saat itu, sebuah Spider Bear yang dikatakan oleh si nenek saat makan malam keluar dari hutan.

Dia keluar sendiri untuk diburu, monster yang baik.



Tentang Spider Bear, dia adalah laba-laba dengan badan yang terlihat seperti beruang. Sejujurnya, itu menjijikkan.

Ada 5 Spider Bear yang muncul, aku pancing dia kembali ke hutan. Aku bisa mengalahkan mereka sekarang, tapi karena aku punya hal lain yang aku pikirkan, aku akan membawa satu monster kembali ke tempat kemping. Pertama, aku kalahkan 4 monster tanpa suara dan memasukkan mereka ke Storage.

Sisanya mengejarku tanpa sadar kalau teman-temannya sudah menghilang.

Berdasarkan Crisis Perception, aku melompat ke samping.

Dan aku menghindari serangan dari cakar Spider Bear yang menggantung badannya dengan terbalik seperti pendulum. Sepertinya laba-laba itu menggantung dirinya dengan menggunakan talinya pada sebuah pohon besar.
Laba-laba yang sudah mencapai puncak pendulumnya memisahkan diri dari tali dan mendarat di depan. Pohon di belakangnya yang digunakan sebagai tumpuan pun roboh.

Si Spider Bear di depan mengangkat kaki depannya membuat pose mengancam, aku tendang dia sambil hati-hati agar tidak membunuh dia.

Aku lari melewati dia menuju jalan besar.
Si Spider Bear keluar dari hutan tidak lama setelah itu. Karena akan menyusahkan kalau dia kehilangan aku, aku lempar sebuah kayu besar ke arah dia tanpa mengenainya.

Aku berlari ke tempat kemping dan memangil Pochi dan gadis-gadis lain yang sedang berjaga.
Aku berencana untuk meningkatkan level semua orang sambil mendapatkan bahan makanan, membunuh dua burung dengan satu batu.

“Pochi, Tama, bersiap untuk bertarung. Nana, setelah kamu menyerang monsternya dengan Magic Arrow, bangunkan Liza dan Arisa.
“Musuh~?”
“Haiknanoresu.”
“Baik, master.”

Si Spider Bear kehilangan sedikit HPnya dari Magic Arrow yang ditembakkan oleh Nana. Itu bisa menyebabkan damage walaupun dengan banyak perbedaan level huh, Magic Arrow ini magic yang lumayan bagus.

Dengan tongkat pendek untuk casting Shield, aku tahan Spider Bearnya.
Si Spider Bear mencoba meraih ke belakang Shield dengan kaki panjangnya, tapi Tama mencegahnya dengan menggunakan stiletto miliknya.

“Terima kasih, Tama.”
“Nou puroburemu~?” {TLN: No Problem}

Pochi juga mendekati si Spider Bear dari belakangnya secara diagonal, dia menusuk ke arah sendi kakinya dengan stileto miliknya. Sepertinya dia mengenainya, tapi serangannya tidak bisa menembus sendinya.

Sebuah cahaya merah menembus badan monsternya dari sisi lain.
Si Spider Bear kehilangan 10% HPnya dengan satu serangan itu dari Liza. Sepertinya dia bangun dengan buru-buru karena dia hanya menggunakan sesuatu yang terlihat seperti T-shirt panjang tanpa armor.

Si Spider Bear mengubah targetnya pada Liza. Aku harus menarik perhatian monster itu.

“Di sini, laba-laba aneh!”

Aku provokasi Spider Bearnya sambil memukulnya dengan Shield. Apa ini yang mereka sebut Shield bash? HPnya berkurang. Oh tidak, dia akan mati sebelum Arisa dan Mia muncul.

>[Mendapatkan Skill Provocation]

Aku langsung mengaktifkan skill Provocation. Setelah itu pertarungannya jadi mudah. Soalnya, serangan paling kuat dari si musuh hanya datang ke arahku.

Dengan skill ini, seharusnya di labirin akan mudah.

Setelah Arisa dan Mia yang keluar terlambat mengeluarkan magic mereka, ini jadi pertarungan satu arah dari gadis-gadis beastkin.
Karena kami bertarung dekat dengan tempat kemping, orang-orang tua dan anak-anak yang sudah bangun menonton dari jauh. Anak-anak berteriak kapanpun Mia menggunakan magicnya atau saat tombak Liza menyala.

Pada akhirnya, si Spider Bear terbaring di tanah dan berhenti bergerak setelah menerima serangan dari Liza, mendapatkan sorakan yang keras dari anak-anak dan orang-orang tua.